Jumat, 07 Agustus 2009

300 Sampel Obat Herbal Dikirim ke Korea



Sebanyak 300 sampel tanaman liar yang berpotensial diolah menjadi obat-obatan herbal dikirim ke Korea. Sampel sebanyak itu diperoleh dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Jawa Barat.

Pengiriman itu dalam rangka kerja sama Korean Research Institute Bioscience and Biotechnology (KRIBB) dengan Pusat Teknologi Farmasi dan Medika pada Badan Pengkaj ian dan Penerapan Teknologi (PTFM BPPT) . Tujuan kerja sama untuk menyambut era bioekonomi 2030 yang mengandalkan potensi pendapatan ekonomi dari sumber daya hayati.

"Pengiriman ke Korea bertujuan mempercepat penelitian sampel-sampel tanaman liar untuk pembuatan obat-obatan herbal," kata Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar, Kamis (5/3), dalam konferensi pers usai penandatanganan prasasti dan persetujuan proyek kerjasama antara BPPT dengan KRIBB di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang.

Penandatanganan itu dilakukan oleh Marzan dan Presiden KRIBB Young Hoon Park. Pada kesempatan itu, Young Hoon Park menyatakan, dari 300 sampel tanaman liar itu akan diperoleh hasil riset berupa bahan biomedikal yang memiliki prospek dapat diproduksi sebagai obat herbal. "Hasil riset itu kemudian akan diserahkan ke produsen," kata Young Hoon Park.

Deputi Bidang Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Wahono Sumaryono mengungkapkan, penelitian lebih lanjut terhadap 300 sampel tanaman liar dari Taman Nasional Halimun Salak dan Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kerja sama yang sebanding. Korea memiliki teknologi untuk penelitian biomedikal yang jauh lebih canggih, sedangkan Indonesia memiliki sumber daya hayati yang melimpah.

Kepala PTFM Rifatul Widjhati mengatakan, dari hasil kerja sama BPPT dengan KRIBB dari Korea itu akan diperoleh manfaat pembagian keuntungan dari hasil riset yang kemudian dipatenkan bersama . Namun, dari KRIBB sendiri belum bisa memastikan pembagian manfaat dari kerja sama tersebut. Masalah pembagian nilai keuntungan dinilai masih terlalu dini.

Sumber Kompas.Com, Maret 2009

Tidak ada komentar: